Perlukah Suami Menemani Persalinan Istri?

Kamis, 28 Januari 2010


Semakin banyak pria yang berusaha semampunya menemani sang istri di kamar bersalin. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi para pria, khususnya yang tidak berani melihat darah. Kelak Anda tahu bagaimana komentar para suami yang berhasil mengatasi hal ini: mereka merasa hidup mereka begitu lengkap!

Namun menurut Michael Odent, dokter kandungan dan kebidanan terkenal di Inggris, hanya karena suami ingin menemani Anda dalam proses persalinan, tidak berarti ia harus ada di ruang tersebut. Di satu pihak, pria mungkin tak akan dapat mentoleransi darah, air mata, atau kotoran yang ikut keluar dari tubuh Anda saat bayi dilahirkan. Di pihak lain, kehadiran suami cenderung membuat perempuan membutuhkan operasi Caesar. Bahkan, memicu perpisahan dan problem mental pada pasangan.

Mengapa dokter bisa membuat kesimpulan semacam itu?

Ternyata hal ini berangkat dari pengalaman Odent selama lebih dari 50 tahun menangani kelahiran bayi di rumah maupun di rumah sakit, di Perancis, Inggris, dan Afrika. Menurutnya, lingkungan terbaik untuk kelahiran yang mudah adalah ketika tidak ada seorang pun yang ada di sekitar ibu, kecuali bidan yang tenang, low profile, dan berpengalaman. Tentu saja hal ini berlaku untuk persalinan normal.

"Anda tidak perlu dokter, suami, atau orang lain," jelas Oden, seperti dikutip The Observer. "Dalam situasi seperti ini, kelahiran bayi menjadi lebih mudah dan lebih cepat, daripada yang terjadi ketika ada orang-orang di sekitar si ibu, khususnya figur pria, entah itu suami atau dokter."

Anda yang memiliki pengalaman manis didampingi suami selama persalinan mungkin akan memprotes komentar Dr Odent. Lagipula, tak rela rasanya suami enak-enakan di ruang tunggu sambil ngopi atau makan donat, sementara Anda berjuang antara hidup dan mati di ruang bersalin. Kelahiran anak kan suatu keajaiban; tidakkah pria ingin menjadi saksi dari peristiwa bersejarah ini?

Tetapi, benarkah semua wanita menginginkan kehadiran suaminya di kamar bersalin?

Beberapa wanita ternyata menganggap pria memang tidak diperlukan, apalagi mengingat ekspresi panik, mual, atau jijik, ketika melihat berbagai cairan dan kotoran keluar dari tubuh sang istri. Wanita yang lain merasa kehadiran sang suami tidak banyak berpengaruh untuk dirinya, dan menganggap suami hanya ingin dianggap care saja.

“Saya sih, enggak apa-apa kalau suami saya memutuskan tidak ingin menemani saya di kamar bersalin. Memang saya tidak ingin ada di sana sendirian. Tetapi waktu dokter bertanya apakah ia mau memotong tali pusar bayi, ia cuma bilang, 'Ehm... enggak usah deh.' Kapan sih ada aturan kalau ayah bayi harus selalu terlibat dalam setiap aspek kelahiran anak? Rasanya saya bisa menangani hal itu sendiri," demikian komentar seorang wanita.

Wanita yang lain merasa bahwa ia lebih membutuhkan kehadiran ibunya, daripada suami. Ibu dinilainya lebih tahu apa yang dirasakan, dan apa yang harus dilakukan.

Sayang, pernyataan Dr Odent tidak dilengkapi penelitian lebih lanjut mengenai, misalnya, mengapa kehadiran suami akan menyebabkan problem pada pasangan.

Anda punya pengalaman yang ingin dibagi di sini?

Jangan Biarkan Si Kecil Tidur Sambil Ngedot

Rabu, 20 Januari 2010


Memang mengajak anak kecil untuk menyikat gigi itu tidak mudah. Terkadang mereka sudah sangat mengantuk, sehingga tertidur sebelum sempat menggosok gigi.

Anda sebagai orang tua mungkin merasa bingung dan kehabisan akal untuk mengajak si kecil menyikat gigi. Akhirnya karena kasihan, Anda pun membiarkan anak tidur tanpa membersihkan giginya lebih dulu.

Tindakan Anda ini tak boleh dibiarkan. Saat anak mulai mengenal makanan yang manis atau minum susu formula yang diberi gula, sejak itu pula gigi mereka mulai rusak.

''Kadang mungkin orang tua kasihan. Jadi anak dibiarkan tertidur dengan botol susu atau botol berisi minuman manis di mulutnya. Padahal cara ini salah,'' ungkap dr Enrita Dian, SpKGA, dari Klinik Ultimo Estetika, pada diskusi seputar kesehatan gigi ibu hamil dan balita, Rabu (10/2/2010) lalu.

Minuman atau makanan yang manis yang tertinggal di gigi semalaman akan membuat gigi jadi lebih rentan terserang bakteri. Bakteri dalam mulut yang asam akan mengendap lama di dalam mulut, dan menyerang gigi. Gigi jadi berlubang, menghitam, atau mudah keropos.

Selain itu kebiasaan untuk meniup makanan si kecil yang masih panas akan memindahkan kuman dari mulut Anda ke makanan. Begitu pula berganti perangkat makanan dengan orang dewasa yang memiliki penyakit gigi.

Tanda-tanda gigi anak yang mulai rusak adalah, gigi terlihat kehitaman (pada bagian depan) yang menunjukkan gigi mereka membusuk. Lalu bercak putih pada pangkal gigi yang lama-kelamaan akan membuat gigi tanggal atau copot dengan sendirinya. Titik kecil di gigi kelak akan membesar dan membuat gigi jadi berlubang.

''Penyakit gigi ini juga bisa dibarengi dengan sakit gigi karena gusi membengkak,'' tambahnya.

Enrina lalu menjelaskan sejumlah cara agar gigi si kecil tetap bersih:

1. Ambil kain kasa yang telah dibasahi dengan air matang. Lilitkan pada jari telunjuk (pastikan jari bersih dan kuku pendek). Kemudian gosok perlahan ke seluruh gigi si kecil.

2. Beri minum air putih untuk menetralisasi asam dalam mulut yang berpotensi untuk merusak gigi.

3. Minta si kecil untuk berkumur dengan air putih atau cairan pencuci mulut.

4. Sikat gigi bersama keluarga. Gunakan cara ini sebagai ritual sebelum tidur atau selesai makan. Dengan demikian akan terpatri pada diri anak kebiasaan untuk menyikat gigi.

Gunakan sikat gigi yang lembut dengan warna-warni atau sikat gigi karakter mainan favoritnya. Jangan memberikan pasta gigi terlalu banyak. Untuk anak usia di bawah 3 tahun, cukup berikan pasta gigi ber-flouride seukuran biji jagung. Untuk anak di atas 3 tahun, berikan pasta gigi sebesar kacang tanah.

Tanda-tanda Anak Korban Bullying

Sabtu, 09 Januari 2010

Tak sedikit anak yang bercerita kepada orangtuanya bahwa mereka mengalami tindak kekerasan (bullying) di sekolah. Namun, menurut Ken Rigby dalam buku Children and Bullying, setidaknya 50 persen anak laki-laki dan 35 persen anak perempuan yang telah di-bully, tutup mulut dan tidak melaporkan kepada orangtuanya.

Karena itu, Rigby meminta orangtua agar lebih memperhatikan anak-anaknya. Orangtua selayaknya curiga bila melihat tanda-tanda yang menunjukkan anaknya kemungkinan mendapat kekerasan di sekolah.

"Tanda-tanda ini hanya panduan. Namun, semakin banyak tanda yang muncul, semakin besar kemungkinan anak Anda mengalami bullying," tulis Rigby.

Ia merinci tanda-tanda yang bisa diamati pada anak yang mengalami bullying.

Fisik
- Muncul lebam, tergores, atau luka yang tak bisa dijelaskan.
- Baju dan barang bawaan robek atau rusak.

Psikosomatis
- Nyeri yang tidak spesifik, sakit kepala, sakit perut, atau muncul sariawan.

Perilaku Terkait Sekolah
- Rasa takut saat berangkat atau pulang sekolah.
- Perubahan rute ke sekolah.
- Takut naik bus atau angkutan umum.
- Minta diantarkan ke sekolah.
- Tidak mau sekolah atau kehilangan gairah belajar.
- Pelajaran dan tugas sekolah mulai merosot.
- Sepulang sekolah anak kelaparan karena uang jajan dipalak atau diminta secara paksa oleh orang lain.
- Minta uang tambahan atau mencuri uang untuk diberikan kepada pem-bully.

Perubahan Dalam Perilaku Sosial
- Jumlah teman berkurang.
- Tidak ingin keluar rumah.
- Jarang diundang teman untuk datang ke rumah mereka.

Indikator Emosional
- Terlihat kesal, mudah marah, tidak bahagia, sendirian, mudah menangis, tertekan, memisahkan diri dari lingkungan, dan depresi.
- Berpikir untuk bunuh diri dan perubahan suasana hati atau mood yang negatif.

Terjadi Perubahan Perilaku yang Mengkhawatirkan
- Susah makan atau malah terlalu banyak makan.
- Sulit tidur, mimpi buruk, mengompol, menangis saat tidur.

Indikator Kesehatan yang Memburuk
- Mudah lelah atau melorot kondisi fisiknya.
- Menjadi rentan terhadap infeksi dan mudah kambuh penyakitnya.
- Mengancam atau ingin bunuh diri.

Waspada Bullying Anak di Dunia Maya

Sabtu, 02 Januari 2010

Robin M. Kowalski, Ph. D, dan Patricia W. Agatston, Ph.D, dalam buku Cyber Bullying menjelaskan bahwa bullying bisa juga terjadi melalui dunia maya. Kowalski, Limber, dan Agatston memaparkan sejumlah metode yang bisa digunakan untuk cyber bullying dalam berbagai teknologi komunikasi yang berkembang saat ini.

Chatting
Para remaja dan anak masa kini pasti suka chatting. Ngobrol di dunia maya ini memungkinkan terjadinya komunikasi secara real time.

Pem-bully dapat mengirimkan pesan bernada ancaman atau marah-marah kepada target. Pem-bully juga bisa menggunakan identitas korban untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyebarkan pesan bernada ancaman pula.

Surat Elektronik
Merupakan metode paling sering yang digunakan untuk cyber bullying. Melalui surat elektronik (surel), seseorang dapat mengirimkan pesan menjelek-jelekkan kepada ratusan, bahkan ribuan orang dengan hanya memencet satu tuts saja. Seseorang yang ingin mempermalukan target bisa mengirimkan gambar atau informasi lain tentang seseorang ke ratusan atau ribuan orang dalam waktu bersamaan.

Meski surel mudah ditelusuri, tak ada yang bisa memastikan kalau seseorang dengan identitas itulah yang benar-benar mengirimkannya. Bisa jadi orang lain dengan mudah masuk ke identitas surel itu karena tahu kata kuncinya.

Pesan Singkat
Penggunaan pesan singkat melalui telepon seluler pada anak remaja sungguh menakjubkan. Mereka bisa dengan cepat mengetik pesan untuk dikirimkan kepada orang lain. Sayangnya, pesan singkat ini kadang digunakan dengan tidak tepat, untuk memberi contekan kepada teman lain ketika sedang ujian, misalnya. Di sisi lain, pesan singkat juga dapat digunakan sebagai alat cyber bullying.

Jejaring Sosial
Friendster, Facebook, Myspace, atau Twitter dapat menjadi jalur cyber bullying. Dalam Facebook misalnya, seseorang bisa mengetahui ia berteman dengan siapa, berhubungan dengan siapa, serta memungkinkan seseorang memberi komentar atas orang tersebut. Pem-bully bisa saja berkomentar jelek atau menjelek-jelekkan orang lain.

Blog
Jurnal online ini bisa juga digunakan untuk cyber bully. Seorang remaja dapat menggunakan blog untuk merusak reputasi atau menyerbu privasi remaja lain. Contohnya, remaja yang baru putus pacaran bisa menuliskan informasi memalukan tentang mantan pacarnya.

Selain blog, situs maupun games di internet dapat pula dijadikan alat untuk melakukan cyber bullying.
 

Browse