Tummy Time Sempurnakan Pertumbuhan Bayi

Minggu, 28 Februari 2010


Beberapa belakangan ini, kematian bayi saat tertidur dikenal juga dengan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) sempat merebak. Kematian ini diperkirakan akibat si bayi lupa cara untuk bernapas saat ia tertidur. Untuk mengurangi angka kematian akibat SIDS, banyak anjuran untuk membiasakan bayi berbaring telentang, yang akhirnya membuat bayi kurang menghabiskan waktu tengkurap dan bersandar pada perutnya. Padahal, bersandar pada perut (tummy time) baik untuk perkembangan bayi. Mengapa?

Tummy time merupakan waktu yang dihabiskan oleh si bayi untuk bersandar pada perutnya, ujar Laura Jana, MD, dokter anak dan penulis Heading Home with Your Newborn. Karena kebanyakan bayi sekarang tidur dengan kondisi telentang, maka disarankan agar bayi memperbanyak waktu saat terjaga dengan bermain sambil tengkurap. Dengan tengkurap, bayi akan membiasakan diri untuk memandang sekitarnya dalam sudut yang berbeda, sekaligus melatih si bayi mengangkat lehernya dan memutar kepalaya sendiri, ini akan membuat otot leher dan pundaknya kuat.

Dikutip dari WebMD, Chris Tolcher, MD, FAAP, dokter anak di University of Southern California School of Medicine, latihan tummy time bisa dimulai sejak usia bayi sekitar 1 bulan. Ini untuk memastikan tali pusat bayi sudah lepas dan si bayi sudah cukup nyaman untuk tengkurap. Scott Cohen, MD, FAAP, dari Cedars Sinai Medical Center mengatakan, tak ada aturan baku mengenai berapa lama waktu untuk si bayi bermain sambil tengkurap, namun ia menyarankan sekitar sekali per hari dengan waktu yang sekiranya si bayi kuat jalani. Entah itu 15 detik atau 15 menit, tergantung kondisi bayi. Jika si bayi mulai terlihat gusar atau menangis, tandanya ia sudah mulai tak nyaman.

Beberapa bayi pada awalnya akan menolak atau menangis ketika dimulai tummy time, karena mereka merasa belum punya kontrol dan merasa sulit mengangkat kepala mereka. Namun, jika terus dilatih, bayi akan belajar untuk menyesuaikan diri dan bisa jadi menyukainya, terang Cohen, yang juga adalah penulis buku Eat, Sleep, Poop: A Complete Common Sense Guide to Your Baby’s First Year.

Coba lakukan hal-hal ini yang bisa Anda lakukan untuk membuat tummy time lebih menyenangkan untuk Anda dan bayi Anda:
- Jika si bayi masih sangat muda, dan belum bisa menyokong kepalanya sendiri, mulailah dengan mendekap bayi di dada, untuk membantu agar si bayi bisa merasa dijaga. Atau buat si bayi tengkurap di pangkuan, untuk membiasakan si bayi pada perutnya.
- Jika si bayi sudah cukup besar dan kuat, letakkan bayi di lantai atau karpet, dan cobalah untuk berada selevel dengannya. Buat wajah-wajah lucu, bicara dengannya, atau sambil memegang mainan berbunyi di depannya.
- Sesekali, naikkan posisi badan Anda sambil bernyanyi atau berbicara, ini akan membuat si bayi ingin mencari wajah Anda, sekaligus melatih otot leher dan pundaknya.
- Letakkan si bayi dekat kaca yang berdiri kokoh dan tak akan menimpanya jika tersenggol, atau kotak musik, atau lakukan pijatan lembut pada bagian belakang tubuh bayi.
- Coba sanggah bagian atas tubuh bayi (dada dan lengannya) dengan bantal atau guling kecil. Ini akan mengangkat dan memberikan pandangan si kecil lebih luas, dan membuatnya lebih nyaman.
- Jika si bayi mulai gelisah, alihkan perhatiannya. Baringkan telentang, lalu bermain tiup perut hingga ia tertawa. Jika ia sudah lebih tenang, coba kembalikan ke posisi tengkurap, lalu main-main lagi dengan punggungnya. Pengalihan perhatian bisa membantunya merasa lebih nyaman.
- Disarankan untuk memberi jeda setidaknya satu jam setelah si bayi makan sebelum melakukan tummy time.

Kesundulan, Bikin Anak Cemburu

Senin, 22 Februari 2010

"Saya bunda Faris (16 bulan). Ketika Faris berusia 3 bulan saya mengandung lagi. Anak kedua saat ini berusia 3,5 bulan. Masalahnya, saya khawatir dengan perkembangan psikologis Faris, mengingat usianya yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian khusus dari saya.

Sangat sering dia menangis, dan sepertinya kesal melihat saya menyusui adiknya. Saya terkadang bingung, saya merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kasih sayang penuh kepadanya. Saya takut dia menjadi anak yang murung dan pemarah.

Apakah setiap anak yang mengalami kesundulan seperti Faris memang wajar bersikap seperti itu? Apa yang harus saya lakukan supaya Faris tidak merasa kehilangan kasih sayang dari saya? Apakah keadaan seperti ini bisa mempengaruhi tumbuh kembang dan kejiwaannya?" (Surat dari Wahyu, Surabaya)

Benar sekali, Faris masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang besar dari orangtuanya. Wajar-wajar saja bila anak jadi sering menangis, kesal, ketika melihat ibunya mengurusi adik. Dia merasa tidak diperhatikan dan belum mengerti bahwa dia harus berbagi perhatian ibu dengan adiknya.

Namun, rasa bersalah Anda perlu diatasi, sebab kalau tidak akan mempengaruhi penanganan yang diberikan kepada Faris. Beberapa akibat dari pengasuhan yang diwarnai rasa bersalah adalah orangtua bersikap tidak tegas, memanjakan, serbamembolehkan. Pada akhirnya anak tidak belajar bahwa dia harus berbagi perhatian, waktu, benda dengan adik/orang lain, atau ia cenderung memanipulasi orangtuanya.

Anda perlu mengusahakan untuk mengurangi rasa cemburu si sulung. Ketika menyusui bayi, ajak dia duduk di sebelah Anda sambil mengajaknya berbicara, berkomentar tentang dirinya atau adiknya, minta dia mengelus lengan adik, ciumlah kepalanya, kemukakan bahwa ibu senang karena dia mau menunggui adik yang sedang disusui. Biasakan melakukan kegiatan bersama si sulung sebelum atau sesudah menyusui adik. Singkat kata, usahakan semaksimal mungkin tetap memperhatikan si sulung sehingga dia tidak merasa tersisih.

Benarkah Stres Bikin Sulit Hamil?

Sabtu, 13 Februari 2010


Anda mendambakan kehadiran seorang anak, namun segala upaya Anda belum membuahkan hasil. Tak jarang perempuan menjadi stres memikirkan hal ini, yang -menurut keyakinan sebagian orang- justru makin menyulitkan kemungkinan hamil.

Benar enggak sih, memusingkan soal kehamilan bisa membuat Anda makin sulit hamil?

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Resolve, asosiasi infertilitas nasional di Amerika, 64 persen wanita salah mengartikan stres (yang bukan suatu kondisi medis) sebagai penyebab sulitnya terjadi pembuahan. Dalam kenyataannya, banyak dokter yang juga meyakini bahwa ada hubungan antara stres dan kesuburan, namun tidak ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa kepikiran atau stres karena belum juga dikaruniai momongan dapat mengurangi peluang Anda hamil.

"Yang jelas, banyak perempuan di seluruh dunia yang juga berada di bawah tekanan hebat, tapi mereka masih bisa hamil, kok," ujar Shari Lusskin, MD, direktur bidang psikiatri reproduksi di New York University Langone Medical Center. "Tetapi kenapa wanita karier lain tidak bisa hamil? Kami tidak tahu apakah stres memang penyebabnya."

Jika memang tidak ada hubungan antara stres dan kesulitan hamil, mengapa fakta tersebut seringkali muncul? Bagaimana dengan wanita yang sulit hamil, dan penyebabnya karena situasi kerja wanita tersebut yang memang full of stress? Tidakkah hal ini saling berkaitan?

"Terlalu banyak stres emosional maupun fisik -misalnya terus mengkhawatirkan sesuatu atau berlatih keras untuk pertandingan- dapat menurunkan kadar progesteron Anda. Hal inilah yang dapat mengganggu ovulasi," jelas Sami David, MD, asisten profesor klinis di bidang obstetri dan ginekologi di Mount Sinai Hospital di New York City.

Namun penulis buku Making Babies: A Proven 3-Month Program for Maximum Fertility ini juga mengatakan, sulit mengambil kesimpulan yang sederhana dari keterkaitan itu.

Nasihat terbaik yang diberikan untuk Anda yang sedang menanti kehadiran anak, atau berharap bulan depan Anda mulai terlambat mens, tetaplah untuk rileks. Jangan biarkan kekhawatiran Anda karena usia yang tak lagi muda menenggelamkan hal-hal lain dalam hidup Anda yang lebih indah. Cobalah untuk lebih santai, namun lakukan hal ini terutama untuk kedamaian pikiran Anda.

Makanan yang Dibutuhkan Ibu Usai Melahirkan

Selasa, 02 Februari 2010


Setiap ibu yang baru melahirkan pasti mendamba agar tubuhnya bisa kembali ke bentuk semula. Ada yang bahkan sampai menempuh jalan diet mati-matian. Padahal, seusai melahirkan, tubuh pun perlu asupan yang tepat agar bisa tetap berenergi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sekaligus tetap menjaga nutrisi yang dihasilkan ASI. Berikut adalah makanan-makanan yang sebaiknya dikonsumsi oleh para ibu baru.

1. Ikan Salmon
Salmon mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan ibu baru. Salah satu keunggulannya adalah kandungan asam lemak esensialnya, yang dikenal dengan nama DHA. DHA penting untuk perkembangan sistem saraf bayi Anda. Semua ASI mengandung DHA, namun tingkatan dari nutrisi esensial ini akan lebih tinggi kadarnya pada wanita yang mendapatkan asupan DHA dari makanan mereka sendiri. DHA pada salmon juga bisa membantu mengatur mood, bahkan diperkirakan bisa mencegah depresi pasca melahirkan. Namun, perhatikan jumlahnya pula, karena terlalu banyak konsumsi ikan bisa berbahaya karena adanya kandungan merkuri. Jumlah yang disarankan adalah sekitar 12 ons per minggu.

2. Produk Susu Rendah Lemak
Yogurt, susu, ataupun keju penting untuk para ibu yang menyusui anaknya. Produk-produk susu memberikan protein, vitamin B, dan vitamin D, plus kalsium. ASI penuh akan kalsium untuk membantu perkembangan tulang si bayi. Jadi, sangat penting untuk Anda mengasup kalsium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda sendiri. Salah satu untuk melakukan hal ini adalah dengan menambahkan setidaknya 3 porsi produk susu setiap harinya.

3. Daging-dagingan
Makanan tinggi kandungan zat besi akan mendorong energi para ibu baru. Kekurangan zat besi bisa menguras level energi, padahal Anda harus memenuhi kebutuhan bayi yang beragam. Selain itu, saat menyusui, Anda butuh protein dan vitamin B-12 ekstra. Daging adalah penyedia yang tepat.

4. Beras Merah
Jika Anda sedang berusaha menghilangkan sisa berat pada tubuh usai melahirkan, Anda mungkin tergoda untuk mengurangi karbohidrat secara drastis. Namun mengurangi berat badan terlalu cepat bisa menyebabkan produksi ASI Anda berkurang dan membuat Anda merasa kelelahan. Akan lebih baik jika Anda tetap memenuhi kebutuhan tubuh akan karbohidrat dengan tetap mengkonsumsi karbohidrat dari beras merah untuk tetap menjaga energi. Beras merah juga akan memberikan kalori yang dibuthukan tubuh untuk memproduksi ASI.

5. Jeruk
Buah jeruk merupakan makanan yang baik untuk menambah energi para ibu baru. Ibu menyusui butuh vitamin C lebih banyak ketimbang saat ia sedang mengandung. Jika tak bisa mendapatkan buah aslinya, jus jeruk juga bisa membantu.

6. Telur
Kuning telur adalah makanan alami penyedia vitamin D. Vitamin D dibutuhkan untuk menjaga tulang tetap kuat dan membantu tulang bayi tumbuh. Selain itu, telur juga sumber yang baik untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh. Telur bisa dihidangkan dengan cara diacak, 2 telur rebus di siang hari, atau omelet di malam hari. Akan lebih baik jika telur yang Anda konsumsi sudah diperkaya dengan DHA untuk menambah lemak esensial dalam asupan Anda.

7. Sayuran Berdaun Hijau
Bayam, brokoli, dan sayuran berdaun hijau lainnya memiliki manfaat yang banyak dan beragam. Penuh akan vitamin A yang dibutuhkan bayi, sumber kalsium non susu, mengandung vitamin C, zat besi, dan kaya antioksidan.

8. Sereal Gandum
Untuk membantu menambah energi di pagi hari usai malam yang melelahkan, sereal gandum adalah hal yang baik untuk memulai hari.

Selain makanan, ibu yang baru usai melahirkan butuh banyak asupan air. Dehidrasi bisa menguras banyak energi yang dibutuhkan ibu. Pastikan Anda memenuhi kebutuhan air dalam jumlah cukup tiap harinya. Hati-hati terhadap minuman berkafein, seperti kopi dan teh, karena bisa ikut memengaruhi kualitas ASI dan membahayakan si bayi.

 

Browse